SEPUTAR PASURUAN RELIGIUS VIRAL POLITIK JELAJAH WISATA SENI KERAJINAN NEWS SEPUTAR AKTOR LIPUTAN STREET PHOTOGRAPHY SPORT INTERNASIONAL LINTAS HARIAN LIHAT SEMUA KATEGORI

Sewu Ketupat Menyatukan: Warisan Budaya Pasuruan dengan Potensi Wisata Global

Zona Waktu 5:10 PM, 21 April 2025
-Kategori: Jatim
Thumbnail

Grebek Syawal Sewu Ketupat di Bulusari, Gempol Disambut Hangat, Wakil Bupati: Potensi Jadi Wisata Tahunan

GEMPOL – Suasana semarak tampak di Dusun Jembrung, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, pada Minggu (20/4). Warga tumpah ruah merayakan Grebek Syawal Sewu Ketupat, sebuah tradisi baru yang digelar untuk menyemarakkan suasana pasca-Lebaran. Acara ini pun langsung mendapat sambutan hangat dari Wakil Bupati Pasuruan, HM Shobih Asrori.

Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Gus Shobih itu menyatakan bahwa kegiatan semacam ini memiliki potensi besar untuk dijadikan agenda wisata tahunan Kabupaten Pasuruan.

“Ini pertama kalinya di Pasuruan ada acara seperti ini. Kegiatan seperti ini memiliki potensi besar untuk menjadi wisata tahunan,” ungkapnya di hadapan warga yang antusias mengikuti kegiatan.

Ia menambahkan, pemerintah daerah perlu memberikan dukungan penuh agar tradisi semacam ini bisa terus dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya lokal.

“Saya berharap ini bisa menjadi agenda rutin tahunan. Bukan hanya untuk melestarikan budaya, tapi juga untuk menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi lokal,” imbuhnya.

Tak hanya Gus Shobih, sejumlah tokoh penting daerah juga turut hadir, termasuk Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Samsul Hidayat, yang juga menjadi inisiator kegiatan ini.

Menurut Samsul, Grebek Syawal Sewu Ketupat adalah wujud tradisi yang kaya makna, biasanya digelar setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan serta hubungan sosial masyarakat.

“Selain mempererat hubungan antar masyarakat, kegiatan ini juga punya nilai ekonomi. Banyak pelaku IKM dan UMKM yang bisa terlibat dan ikut merasakan dampaknya,” jelas Samsul.

Ia menegaskan pentingnya kegiatan seperti ini untuk terus dilestarikan karena selain memperkuat kearifan lokal, juga bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi berbasis kreatif dan sosial.

Kemeriahan acara Grebek Syawal Sewu Ketupat ini menjadi bukti bahwa masyarakat Pasuruan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, budaya, dan tradisi. Harapannya, momen ini bisa terus tumbuh menjadi magnet wisata baru yang membanggakan daerah.

(Dokumentasi Foto – Dodik Kurniawan)

Tradisi Grebek Syawal Sewu Ketupat, Potensi Warisan Budaya Nusantara yang Layak Mendunia

PASURUAN – Tradisi Grebek Syawal Sewu Ketupat yang digelar di Dusun Jembrung, Desa Bulusari, Gempol, Kabupaten Pasuruan, bukan hanya menjadi momen lokal yang meriah, namun juga menyimpan kekayaan budaya yang berpotensi dikenal di kancah internasional.

Dengan sajian ribuan ketupat sebagai simbol keberkahan dan kebersamaan, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai sosial khas Indonesia: gotong royong, silaturahmi, dan harmoni sosial. Nilai-nilai tersebut sangat relevan di tengah dunia global yang makin menyoroti pentingnya kearifan lokal dan identitas budaya.

“Di era globalisasi, pelestarian tradisi seperti Grebek Syawal bukan hanya tanggung jawab lokal, tapi juga aset budaya yang bisa menjadi soft power bangsa di mata dunia,” ujar salah satu pegiat budaya internasional asal Malaysia, Amirul Hakim, saat mengikuti dokumentasi kegiatan secara daring.

Sejumlah pengamat pariwisata juga menilai, jika dikemas dengan baik, Grebek Syawal Sewu Ketupat berpotensi menarik wisatawan mancanegara yang mencari pengalaman autentik budaya lokal Indonesia. Melalui promosi digital, kegiatan semacam ini bisa menjadi magnet baru bagi sektor ekowisata dan etnografi budaya.

Bahkan, konsep ribuan ketupat yang dibagikan kepada masyarakat bisa menjadi simbol unik yang dikaitkan dengan filosofi spiritual dan sosial. Bagi dunia internasional, ketupat bukan hanya makanan tradisional, melainkan representasi dari nilai persaudaraan dan keberkahan setelah bulan Ramadan.

“Tradisi ini memiliki nilai universal. Jika diekspos di ajang pariwisata internasional, bisa berdiri sejajar dengan festival serupa di negara-negara ASEAN,” ungkap Dr. Jessica Tan, peneliti budaya Asia Tenggara dari Universitas Nasional Singapura.

Langkah awal untuk menjadikan Grebek Syawal Sewu Ketupat sebagai agenda budaya internasional bisa dimulai dari kolaborasi dengan pelaku seni, pariwisata, hingga promosi melalui platform digital. Pemerintah daerah bersama komunitas lokal diharapkan dapat membangun narasi kuat yang tidak hanya menarik perhatian nasional, tetapi juga global.

Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, tradisi Grebek Syawal bisa menjadi lebih dari sekadar perayaan—yakni menjadi representasi budaya Pasuruan yang mampu menjangkau dunia.


author

Yant

Sarankan Edit Report Peristiwa Share

Join Komunitas WhatsApp @Sudut_Pasuruan - .com


Topik Lainnya